Translate

Jumat, 12 November 2010

Harga diri manusia akan menjadi mahal dan penting jika berduit dan jadi orang penting

Ketika Norma - norma- norma kehidupan manusia sudah dimiliki, maka nilai norma norma hidup menjadi pengatur ( traffict   ) dalam seluruh  sendi - sendi kehidupan perilaku manusia. Hidup tanpa adanya  Norma / tata aturan nilai akan menjadi liar, orang akan menjadi seenaknya melanggar batas- batas kepentingan dan hak orang lain. Akibat dari pelanggaran yang terjadi menyebabkan ketidakadilan, penindasan, dan penderitaan bagi orang lain.Tentu perkara / masalah penerapan nillai - nilai norma tidak gampang, karena dibutuhkan kesadaran individu untuk lebih bisa memahami perilaku mana yang boleh mana yang tidak boleh, mana yang benar dan mana yang tidak benar. Semua penerapan norma -norma akan menjadi sulit ketika ada kepentingan yang melatar belakanginya. Apalagi kepentingan yang melatarbelakanginya menyangkut politik, harta dan kekuasaan. Pada situasi dan kondisi seperti ini yang namanya norma - norma kehidupan kadang " Tidak menjadi penting lagi " karena  yang terjadi kebenaran bisa berkebalikan menjadi tidak benar dan sebaliknya. Ironis memang, karena semuanya itu terjadi oleh uang, kepentingan politik, kekuasaan dan dan kepentingan lainnya. Singkat kata semuanya bisa dibeli kalau kita mempunya harta atau uang. Saat uang memiliki kekuatan sebagai panglima atas tata nilai norma kehidupan maka  kebenaran rasanya menjadi semu, pesimis dan tanpa harapan. Banyak orang menjadi tidak percaya lagi dengan kebenaran dan tata nilai kehidupan...karena bisa dibengkok- bengkokkan. Kasus - kasus yang terjadi pada tokoh penting dinegri ini menjadi contoh atau sample, bagaimana kebenaran didustai hanya karena uang . Tokoh - tokoh pemuka masyarakat , publik figur menjadi kondisi real bahwa ketika merekapun jatuh dalam kesalahan karena memiliki harta dan benda maka perlakuannya pun akan berbeda dibanding orang biasa yang melakukan kesalahan dan tidak memiliki harta atau uang. Lalu pertanyaannya kapan sampai kapan kondisi ini akan mengalami pembiaran ?.. masihkah dinegri ini kebenaran dan ketidak benaran hanya dimilik sekelompok orang tertentu ? ( hery arya )

Selasa, 09 November 2010

Derita kemanusiaan dan bencana dinegeri ini untuk issue kepentingan popularitas

Tahun 2010 menyisakan serentetan tragedi bencana dan kemanusiaan yang memilukan dan menggores nurani, tetapi kondisi penanganan korban bencana belum menjadi harapan kita bersama. Lihatlah penangana bencana banjir Wasior, bencana Tsunami Mentawai, dan meletusnya Gunung Merapi.Pada situasi emeregency bencana Skala prioritas hanya satu nurani kita yang terketuk : tolong dulu dan selamatkan mereka, kesampingkan kepentingan yang lain demi sesama kita korban bencana yang menderita dan  membutuhkan bantuan yang cepat , tepat dan benar. Tetapi masyarakat bisa menyaksikan dimedia dan dilapangan bagaimana pertolongan yang dilakukan banyak yang tulus tetapi banyak juga pertolongan yang sarat dengan embel - embel kepentingan pribadi, kekuasaan, dan politik demi popularitas. Mengais Popularitas demi kepentingan kekuasaan, politik ditengah bencana sungguh sesuatu yang sangat berlawanan dengan Hati Nurani. Ketika kita bertanya dalam diri Nurani kita : Mencari Popularitas diranah tragedi bencana kemanusiaan apakah tepat ? Jawaban ini kiranya perlu ada dalam diri kita Manusia. Ada beberapa renungan kita bersama : mana yang harus kita lakukan : menolong dengan tulus tanpa mengharap imbalan atau menolong dengan tujuan tertentu dan dengan harapan tertentu ? mari kita kembali pada Nurani kita terdalam  ( Hery Arya )