Translate

Kamis, 02 Juni 2011

Sampai kapan Indonesia harus belajar terus untuk berdemokrasi hingga dewasa berdemokrasi ?

Dari pertanyaan : sampai kapan indonesia harus terus belajar berdemokrasi hingga mencapai kedewasaan demokrasi ? jawaban ini tentu tidak mudah untuk dijawab, karena pembelajaran demokrasi suatu bangsa memiliki latarbelakang sendiri sendiri, disamping sejarah, permasalahan bangsa  yang khas  juga menyangkut culture bangsa yang tidak sama antar satu dengan yang lain. Sehingga pencapaian demokrasipun akan berbeda - beda antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya. Akan tetapi mestinya dalam pergerakan bangsa yang akan menuju kedewasaan berdemokrasi memiliki progres report terhadap apa yang telah dicapai dalam tahapan demi tahapan. Dari tahapan yang telah dicapai dan belum dicapai menjadi tolak ukur target waktu  dan tantangan untuk sesegera mungkin menyikapi agar pergerakan ke arah demokrasi yang dewasa akan segera terwujud. Belajar cara berdemokrasi dari bangsa yang telah maju tentu semuanya tidak bisa menjadi model demokrasi sepenuhnya yang bisa diadopsi dan diterapkan oleh bangsa indonesia. Akan tetapi paling tidak menerapkan pola demokrasi yang penuh etika , santun, meminimalisir pola demokrasi yang penuh gejolak konflik yang mengarah ke konflik frontal, menghindari praktek saling menjatuhkan , praktek - praktek anarki, diskriminasi menjadi salah satu indikator bahwa bangsa ini sudah menjadi dewasa atau belum dewasa . Lihatlah Indonesia dalam beberapa dekade suksesi kepemimpinan sejak jaman Presiden Soekarno hingga Presiden saat ini : praktek praktek demokrasi yang dewasa masih jauh dari harapan. Praktek paraktek yang mengarah konflik frontal, saling menjatuhkan, memicu pada ketidakkestabilan politik dan keamanan nasional, yang pada akhirnya tidak menguntungkan pada arah pembangunan bangsa indonesia dan kedewasaaan demokrasi. Bangsa indonesia menjadi suatu bangsa yang penuh gejolak politik dan tidakstabil dalam keamanan yang sebenarnya menjadi harapan rakyat indonesia. Perbedaan pendapat dalam negara demokrasi pasti selalu ada, tetapikan tidak harus semuanya bermuara pada praktek praktek konflik frontal, apalagi praktek politik yang kotor, semuanya mencederai kedewasaan berdemokrasi. Dengan kondisi ketidakdewasaan berdemokrasi yang terjadi saat ini sangat memungkinkan bahwa pembangunan secara ekonomi dan demokrasi yang mengarah pada kemajuan , kemakmuran ekonomi bagi rakyat dan demokrasi yang dewasa akan terhambat dan semakin jauh dari harapan. Tidak banyak investor asing yang berminat untuk menanamkan modalnya dinegara indonesia karena kondisi indonesia yang rawan konflik, tidak stabil dalam keamanan dan politik, dan tidak memiliki pendewasaan demokrasi.situasi ini tentu sangat merugikan kedepan bagi bangsa indonesia. Hal yang patut kita contoh dari negara terdekat kita di Asia sperti Jepang, Malaysia, Filipina dan beberapa negara ASEAN lainnya mereka relatif cukup tenang , aman dan nyaman dalam melaksanakan suksesi kepemimpina dan cara berdemokrasi. Sehingga sangat wajar kalau pada akhirnya kemajuan negara- negara tersebut lambat laun akan menjadi leader kedepan khususnya dikawasan Asia, sementara Indonesia semakin terpuruk dan terkejar oleh meraka. Apakah semua ini menjadi penyadaran kita semua sebagai berbangsa ? Apakah semua ini menjadi kepedulian dan penyadaran bagi pemimpin pemimpin bangsa Indonesia , para elite politik dan pejabat pejabat negara ? marilah kita mulai dengan niat hati yang baik, jujur , jangan terus menyalahkan dan menjatuhkan,berkonflik yang tak ada habis habisnya , berfikir bersama untuk kemajuan bangsa, Ingat bangsa kita jangan sampai tertinggal dan terpuruk dibandingkan dengan negara lain Khususnya dikawasan Asia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar